Rabu, 06 Juli 2011

Kala Sesal Tak Lagi Kurasa

Dulu.. tatkala langkah ini kuawali..
Letih sering kurasa di akhir hari
Lelah sering kubawa dalam lelap tidurku menanti pagi
Dan gontai sering kualami saat coba tapakkan kaki
Diiring air mata yang malu kuakui sering jatuh di pipi
Ada gurat sesalku di sana.. mengapa kupilih jalan ini

Hitungan tahun yang lalu..
Kala mulai bisa menapak mantap
Akupun tiba-tiba dipaksa berlari
Kencang.. walau ujung tak kutahu pasti
Terjatuh.. berdarah.. namun aku masih bangkit lagi
Dan masih mencoba berlari walau kutahu ada batas raga ini
Kuingat sesal membekas di sana.. kenapa harus kuturuti

Beberapa waktu yang lalu..
Kala emas datang menghampiri
Masih kugenggam engkau sang perak
Rapat-rapat dalam tangkupan jemari mungilku
Tak kulepas walau sang emas menari menggoda
Sbab kuberharap kau berubah menjadi sama saat kubuka telapakku
Kembali sesalku membuncah.. kala kau masih tetaplah sang perak

Kini.. hari-hari ini..
Walau kan kususuri jalanan sunyi..
Berkawan panas dan goda dunia
Melawan harkat dan nurani
Meski belum penuh bekal di ranselku
Meski belum bisa terbang diriku
Namun senyumku mengembang sempurna
Karena sesal tak lagi kurasa..
Aku telah siap untuk semua rintang yang ada..

3 komentar:

  1. Setelah ditelaah dengan saksama..
    Sedikitpun tidak mirip gurindam..
    Tak layak juga disebut talibun ataupun seloka..
    Setuju, lebih cocok digolongkan dalam Puisi Rusak... v^_^

    BalasHapus
  2. @kang tronyok.. itulah sebabnya... tapi yang mbaca gak rusak kok...

    BalasHapus
  3. lumayanlah..sob.keep posting ya.

    justforfun-adrianrivald.blogspot.com

    BalasHapus